BeritaMakassar.com – KAIRO – Pelabuhan-pelabuhan laut di tempat Mesir telah terjadi berubah menjadi titik penting bagi kapal kargo juga semen yang dimaksud mengangkut barang ke dan juga dari negeri Israel selama periode konflik Gaza.
Kabar itu diungkap di penyelidikan sumber terbuka. Pengungkapan itu terjadi pada waktu tanah Israel melanjutkan serangan mematikan kemudian blokade laut, darat, dan juga udara yang tersebut mencekik dalam Jalur Gaza, menewaskan lebih besar dari 40.000 warga Palestina sejak 7 Oktober juga menyebabkan sebagian besar penduduk ke ambang kelaparan.
Penyelidikan, yang diterbitkan pada Kamis (22/8/2024) oleh Arabi Post, melacak aktivitas 19 kapal selama tiga bulan terakhir, menggunakan data maritim sumber terbuka untuk melacak rute laut kapal-kapal ini, yang tersebut terbatas pada perjalanan bolak-balik antara pelabuhan tanah Israel kemudian Mesir.
Selama periode yang dimaksud sama, tak ada kapal dari negara-negara Arab selain Mesir yang tersebut tiba di tempat pelabuhan Israel, outlet berita daring itu melaporkan.
Pelabuhan-pelabuhan Mesir merupakan titik vital untuk mengangkut barang ke lalu dari negara Israel sebab kedekatannya dengan pelabuhan Israel, khususnya Pelabuhan Ashdod, yang digunakan berjarak sekitar 29 kilometer dari Gaza, juga Pelabuhan Haifa yang dimaksud strategis.
Kedekatan geografis pelabuhan yang dimaksud mengempiskan biaya pengiriman, yang mana pada gilirannya tercermin pada nilai barang yang mana dikirim melalui laut.
Pelacakan yang tersebut diadakan Arabi Post terhadap kapal-kapal yang mana secara teratur mengangkut muatan merek ke negara Israel dari Mesir didasarkan pada data dari aktivitas 8 pelabuhan, 2 pada antaranya adalah Ashdod lalu Haifa, dan juga 6 pelabuhan Mesir yang digunakan terletak pada Laut Mediterania: Port Said, al-Arish, Abu Qir, Alexandria, Dekheila, lalu Damietta.
“19 kapal yang dimaksud termasuk tujuh kapal kargo peti kemas, enam kapal pengangkut semen, lima kapal kargo umum, juga satu kapal pengangkut curah, yang mengangkut barang-barang yang digunakan tidak ada dikemas seperti biji-bijian, gula, serta batu bara,” ungkap laporan Arabi Post.
Penyelidikan menunjukkan selama tiga bulan terakhir, dari awal Juni hingga 22 Agustus, 12 kapal (tujuh kapal kontainer dan juga lima kapal kargo umum) teristimewa beroperasi antara Alexandria, Damietta, Dekheila, Port Said, dan juga al-Arish, lalu antara pelabuhan negeri Israel Haifa lalu Ashdod.
Kapal-kapal ini berlayar di dalam bawah bendera Panama, Liberia, Israel, Mesir, Antigua kemudian Barbuda, Singapura, dan juga Saint Kitts dan juga Nevis.