www.BeritaMakassar.com – PARIS – Pavel Durov, miliarder pendiri serta kepala eksekutif perangkat lunak perpesanan Telegram , ditangkap pada bandara Bourget di dalam luar Paris.
Durov sedang bepergian dengan jet pribadinya. Dia menjadi sasaran surat perintah penangkapan di dalam Prancis. Pria berusia 39 tahun itu diketahui telah terjadi bepergian dari Azerbaijan.
Pengusaha kelahiran Rusia itu tinggal di dalam Dubai, tempat Telegram berkantor pusat, dan juga memegang kewarganegaraan ganda Prancis juga Uni Emirat Arab. Durov, yang oleh Forbes diperkirakan mempunyai kekayaan sebesar USD15,5 miliar, meninggalkan Rusia pada tahun 2014 pasca ia menolak untuk memenuhi tuntutan untuk menangguhkan komunitas oposisi dalam sistem media sosial VK miliknya, yang mana ia jual.
Penangkapan Durov diduga terkait dengan aktivitas Telegram yang digunakan mempengaruhi geopolitik Barat.
4 Alasan Barat Ingin Membungkam Telegram dengan Penangkapan Pavel Durov
1. Menekan Kritik kebijakan Negeri Paman Sam di dalam tanah Ukraina lalu Gaza
Menurut mantan analis CIA Larry Johnson, penentangan terhadap platform digital arahan terenkripsi Telegram didorong oleh keinginan Barat untuk mengawasi aktivitas daring kemudian menekan kritik terhadap kebijakan luar negerinya.
Analis yang disebutkan mengemukakan klaim yang dimaksud selama wawancara dengan Sputnik pasca tersiar berita bahwa pendiri Telegram Pavel Durov telah terjadi ditangkap oleh otoritas Prancis pasca jet pribadinya mendarat di tempat bandara pada luar Paris.
“Menurut saya semua tuduhan itu tidak ada masuk akal serta salah,” kata salah satu pendiri Veteran Intelligence Professionals for Sanity. “Mereka dilaporkan menuduhnya melakukan terorisme. Dan penipuan. Jadi, ini jelas-jelas berbau tindakan hukum urusan politik yang tersebut dibuat-buat.”
“Mereka akan mendakwanya dengan tuduhan terorisme akibat ia menolak menyensor kelompok tertentu, orang-orang yang menggalang organisasi Hamas diizinkan untuk berinteraksi secara bebas dalam Telegram. Telegram adalah salah satu dari sedikit saluran yang mana benar-benar memungkinkan informasi yang tersebut kritis terhadap kebijakan Barat untuk terus beredar. Saya pikir itulah akar permasalahannya.”
2. Telegram Dituding sebagai Aplikasi komputer Pendukung Terorisme serta Pencucian Uang
Durov dilaporkan menghadapi beberapa tuduhan terkait kurangnya moderasi Telegram, yang dimaksud menurut pihak berwenang melibatkannya di penyebaran konten yang dimaksud terkait dengan terorisme, perdagangan narkoba, penipuan, dan juga pencucian uang.
3. Telegram Identik dengan Pembangkang Barat
Platform yang disebutkan sudah dikenal sebagai rumah bagi para pembangkang kebijakan pemerintah pada Barat, yang mana dapat menerbitkan konten yang dimaksud tidaklah dianjurkan atau dilarang di tempat wadah daring lainnya. “Dulu [Durov] dianggap bersahabat dengan [Presiden Prancis Emmanuel] Macron,” kenang Johnson. “Namun, itu jelas sudah ada berlalu sebab penangkapan semacam ini bukan akan terjadi tanpa sepengetahuan serta persetujuan Macron.”
“Mungkin belaka beliau dijadikan alat tawar-menawar. Namun pertanyaannya, siapa yang mana akan menjadi alat tawar-menawar untuknya? Dia meninggalkan Rusia,” katanya, mengingat bahwa entrepreneur teknologi itu meninggalkan negara itu pada tahun 2014.
“Faktanya adalah ia meninggalkan Rusia serta menerima kewarganegaraan Prancis, lalu telah terjadi memilih untuk tinggal pada [Uni] Emirat Arab. Jadi, ia tidaklah berada di daftar prioritas intelijen Rusia untuk mendapatkannya kembali. Dia tidak ada berguna bagi Rusia pada hal itu.”













