www.BeritaMakassar.com – LONDON – Harga minyak dunia terdongkrak naik 1% pada perdagangan awal pekan, Hari Senin (26/8/2024) pada sedang perasaan khawatir baru bahwa konflik Wilayah Gaza yang meningkat dapat mengganggu pasokan minyak regional. Lompatan harga jual minyak diperpanjang sejak Jumat, ketika prospek penurunan suku bunga Amerika Serikat (Fed Rate) diyakini akan meningkatkan permintaan.
Minyak mentah berjangka Brent naik 79 sen atau 1% menjadi USD79,81 per barel pada pukul 09.10 GMT. Sementara minyak mentah berjangka Amerika Serikat berada dalam tempat USD75,63 per barel, naik 80 sen yang dimaksud setara 1,07%.
Saat terjadi salah satu bentrokan terbesar di lebih tinggi dari 10 bulan perang, Hizbullah menembakkan banyak roket serta drone ke negeri Israel pada hari Minggu, ketika militer tanah Israel mengungkapkan mereka itu menyerang Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan yang dimaksud lebih besar besar.
Bentrokan itu mengakibatkan perasaan khawatir bahwa pertempuran di tempat Wilayah Gaza berisiko menjadi konflik regional yang akan menarik pendukung Hizbullah Iran juga sekutu utama Israel, Amerika Serikat, meskipun sejauh ini tak ada produksi minyak yang terpengaruh.
“Harga minyak terus naik dikarenakan serangan akhir pekan antara tanah Israel dan juga Hizbullah. Namun situasinya tampaknya telah kembali tenang lagi, itulah sebabnya kenaikan tetap saja terbatas,” kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Pada akhir pekan kemarin, Kedua patokan minyak naik lebih banyak dari 2% pada hari hari terakhir pekan pasca Ketua Federal Reserve Negeri Paman Sam Jerome Powell membantu dimulainya tren penurunan suku bunga.
“Prospek pelonggaran kebijakan moneter meningkatkan sentimen pada seluruh kompleks komoditas,” kata analis ANZ pada sebuah catatan.
Investor tetap memperlihatkan berhati-hati berhadapan dengan sikap Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) kemudian sekutunya, atau OPEC+, yang memiliki rencana untuk meningkatkan produksi akhir tahun ini. Hal ini diungkapkan oleh Priyanka Sachdeva, analis pangsa senior dalam Phillip Nova.
“Kartel (sebutan OPEC) baru-baru ini memangkas prospeknya untuk permintaan minyak global, dengan alasan kegelisahan melemahnya permintaan pada importir minyak utama China,” kata Sachdeva.
“Permintaan Negeri Paman Sam yang digunakan kuat ketika ini serta pengisian ulang cadangan SPR terlihat sebagai satu-satunya dukungan untuk biaya minyak terhadap risiko kelebihan pasokan OPEC,” katanya, mengacu pada Cadangan Minyak Penting (SPR) AS.
Jika OPEC+ menunda kenaikan produksi pada Oktober yang digunakan direncanakan, nilai minyak dapat menerima dukungan jangka pendek, sambung analis Saxo Bank, Ole Hansen menambahkan.













