Berita  

BI: Pemulihan ekonomi RI perlu dukungan sektor keuangan yang solid

[ad_1]

Pemulihan ekonomi yang kuat dan sustain tentunya perlu didukung oleh sektor keuangan yang solid juga. Kita lihat khususnya perbankan di mana kita memiliki daya tahan yang cukup tinggi …

Jakarta (ANTARA) – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan pemulihan ekonomi setelah terdampak pandemi COVID-19 memerlukan dukungan dari sektor keuangan yang solid, terutama dari perbankan.

“Pemulihan ekonomi yang kuat dan sustain tentunya perlu didukung oleh sektor keuangan yang solid juga. Kita lihat khususnya perbankan di mana kita memiliki daya tahan yang cukup tinggi dan ini tercermin dengan kondisi rasio kecukupan modal atau CAR yang solid di 24,38 persen,” ujar Deputi Gubernur Senior BI Destry dalam sebuah webinar di Jakarta, Rabu.

Selain CAR, rasio kredit bermasalah (NPL) net perbankan juga relatif terjaga di level 1,08 persen dan NPL gross 3,35 persen. Sementara rasio likuiditas perbankan juga longgar dengan rasio mencapai 33,53 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga terus tumbuh 7,7 persen pada September 2021.

Pada September kredit juga tumbuh  2,21 persen dan merata dengan kredit konsumsi tumbuh 2,95 persen, kredit modal kerja 28,5 persen, dan kredit investasi tumbuh 0,37 persen.

Baca juga: BI sebut pemulihan ekonomi global dan domestik mulai terlihat

“Kami memperkirakan pada akhir 2021 kredit perbankan akan terus tumbuh dengan pertumbuhan 4 – 6 persen,” kata Destry.

Sementara di pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus meningkat 10,9 persen (year to date) ke level 6.632 dan  imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun juga terus menurun dan berada di level 6,04 persen.

“Yang menariknya obligasi korporasi per 1 Oktober data dari OJK mencatat telah mencapai Rp65,2 triliun. Jadi kalau kita lihat di sini appetite perbankan atau investor untuk mulai mendukung sektor kredit atau pembiayaan sudah bisa dirasakan. Loan appetite bank itu juga terus mengalami perbaikan dan kali ini tercermin dengan pencairan kredit baru di perbankan saat ini juga sudah lebih besar dari pelunasan kredit dan juga indeks lending requirement yang juga terus menurun dan plafon kredit yang terus tumbuh dari bulan ke bulan,” kata Destry.

Ia menyampaikan ekonomi domestik sudah menunjukkan perkembangan yang positif meski tidak sebesar kuartal sebelumnya. Pada kuartal III 2021 pertumbuhan ekonomi Hal itu disebabkan kebijakan pemerintah yang kembali melakukan pengetatan kegiatan ekonomi pada Juli dan Agustus karena meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19.

Baca juga: Survei BI perkirakan pertumbuhan kredit capai 5,3 persen pada 2021

“Ke depan kita lihat momentum perbaikan kondisi perekonomian Indonesia akan tetap terus terjaga. Ini juga terlihat dengan kuatnya ekspor Indonesia yang tercatat 13,2 miliar dolar AS serta net import portfolio yang sebesar 1,3 miliar dolar AS di triwulan III 2021. Dan optimisme pemulihan ekonomi ini kita juga lihat dengan inflasi yang terkendali di mana Oktober kemarin tercatat 1,66 persen di tengah perbaikan ekonomi yang terjadi,” ujar Destry.

Selain itu bank sentral juga melakukan survei Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dengan tren meningkat. Pada Agustus 2021 IKE mencapai 59,4 dan meningkat hingga mencapai 91,8 pada Oktober 2021. Kemudian, Indeks Ekspektasi Konsumen juga meningkat dari Agustus 2021 95,3 menjadi 134,9 pada Oktober 2021.

“Ini tentunya memberikan suatu optimisme bagi kita semua terhadap pemulihan ekonomi kita ke depan,” kata Destry.

Baca juga: BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi 5,7 persen

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *