www.beritamakassar.com – Standard udara dalam Ibukota Indonesia pada Kamis pagi masuk kategori tak sehat bagi kelompok sensitif atau bisa jadi menyebabkan kehancuran pada tumbuhan ataupun nilai estetika,
Selain itu Ibukota Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai kota dengan udara terburuk dalam dunia.
Menurut portal pemantau kualitas udara IQ Air yang dipantau pada Kamis pukul 07.57 WIB, kualitas udara ke DKI Ibukota masuk kategori tiada baik bagi kelompok sensitif dengan bilangan 161 mengacu untuk penilaian Partikel Mikro dengan nilai konsentrasi 69,8 mikrogram per meter kubik.
Jumlah sejumlah itu setara 14 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesejahteraan Planet (WHO). PM 2,5 adalah partikel udara yang digunakan berukuran kecil dari 2,5 mikron (mikrometer).
Website yang disebutkan juga merekomendasikan terkait keadaan udara di Jakarta, yaitu bagi warga sebaiknya mencegah aktivitas dalam luar ruangan. Jika berada ke luar ruangan gunakanlah masker, kemudian menangguhkan jendela untuk mengelakkan udara luar yang kotor.
Sementara dari data yang digunakan sama, kota dengan kualitas udara terburuk ke bumi urutan pertama, yaitu Lahore (Pakistan) pada hitungan 203, urutan ketiga Delhi (India) dalam bilangan 157, keempat
Kinshasa (Kongo) dengan hitungan 142 kemudian kelima Ulaanbaatar (Mongolia) pada bilangan bulat 140.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Ibukota Indonesia telah dilakukan meluncurkan sistem pemantau kualitas udara terintegrasi hasil pantauan ke 31 titik Stasiun Pengamat Standard Udara Bebas (SPKU) tersebar ke kota metropolitan tersebut.
Dari SPKU tersebut, kemudian data yang mana diperoleh ditampilkan melalui platform digital pemantau kualitas udara sebagai penyempurnaan dari yang telah ada sebelumnya juga sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.
Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Ibukota Indonesia yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi lalu Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia kemudian Vital Strategis.
Dengan demikian, data mengenai kualitas udara di dalam Ibukota mampu disajikan secara lebih banyak komprehensif.
Artikel ini disadur dari Kualitas udara Jakarta tidak sehat dan terburuk nomor dua dunia













