PSI Perorangan Jadi Kendaraan Politik Baru Jokowi? Begini Analisis Pengamat

PSI Perorangan Jadi Kendaraan Politik Baru Jokowi? Begini Analisis Pengamat

beritamakassar.com – JAKARTA – Gagasan Presiden ke-7 RI Joko Widodo ( Jokowi ) mengenai Partai Super Terbuka (Tbk) lalu konsep Partai Solidaritas Indonesia ( PSI ) Perorangan dinilai saling melengkapi. Sebab, penambahan kata Perorangan pada nama partai yang disebutkan diprediksi akan menyebabkan PSI menjadi parpol lebih tinggi terbuka.

Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Trias Politika Krusial Agung Baskoro menilai gagasan serta konsep yang dimaksud merupakan bentuk strategi urusan politik yang saling menguntungkan bagi Jokowi lalu PSI. Jokowi yang digunakan sudah ada menyelesaikan masa jabatannya sebagai presiden diyakininya butuh kendaraan kebijakan pemerintah baru dalam masa depan.

“Saling melengkapi lalu saling menguntungkan. Jokowi, pasca tidaklah menjabat presiden, tentu membutuhkan kendaraan politik, baik menghadapi nama pribadi maupun untuk kepentingan kebijakan pemerintah jangka panjang,” ujar Agung, Awal Minggu (10/3/2025).

Dari perspektif PSI, lanjut dia, keterkaitan dengan Jokowi jelas menyebabkan keuntungan politik. Basis pemilih Jokowi yang digunakan solid kemudian kuat dapat menjadi modal besar bagi PSI untuk menembus parlemen Senayan pada pemilihan raya 2029.

“PSI memiliki basis kebijakan pemerintah yang dimaksud berkembang, tapi merekan masih butuh figur sentral. Dengan peluncuran Jokowi, Gibran (Gibran Rakabuming Raka) atau Bobby (Bobby Nasution), PSI dapat lebih besar mudah mengidentifikasi diri sebagai partai yang mana punya sosok kuat. Hal ini sanggup menguntungkan merek ketika pileg juga pilkada,” tuturnya.

Dia pun menyoroti bahwa Jokowi tiada belaka membutuhkan kendaraan urusan politik personal, tetapi juga institusi yang mana dapat menopang pengaruhnya pada jangka panjang. Hal yang disebutkan sejalan dengan konsep Partai Super Tbk, bahwa parpol dapat beroperasi layaknya perusahaan dengan kepemimpinan kolektif.

“Suka atau tidak, partai urusan politik kerap kali bergantung pada figur. Sebelum sekarang, Partai Demokrat sangat bergantung pada SBY (Susilo Bambang Yudhoyono, red), begitu juga PDIP dengan Megawati. Namun, seiring waktu, partai-partai ini bisa jadi berdiri sendiri, begitu juga dengan PSI nantinya,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *