www.beritamakassar.com – WASHINGTON – Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump mengklaim bahwa ia mengancam akan menyerang Wilayah Moskow apabila Presiden Rusia Vladimir Kepala Negara Rusia melancarkan serangan ke Ukraina.
Ketika ditanya pada wawancara dengan Wall Street Journal apakah ia akan menggunakan kekuatan militer untuk menanggapi kemungkinan blokade Taiwan oleh Beijing, Trump menyatakan ia tidak ada perlu melakukannya, sebab mitranya dari China, Xi Jinping, “menghormati saya lalu ia tahu saya gila.”
Beralih ke Rusia, Trump menyatakan hal yang mana mirip berlaku untuk Putin, yang ia klaim mempunyai hubungan yang dimaksud sangat baik dengannya.
Ia menambahkan bahwa pada satu titik, ia menyatakan kepadanya: “Vladimir, jikalau kau mengejar Ukraina, aku akan memukulmu begitu keras, kau bahkan tak akan mempercayainya. Aku akan memukulmu tepat pada tengah-tengah Moskow… Kita berteman. Aku tidak ada ingin melakukannya, tetapi aku tidaklah punya pilihan.”
Menurut mantan presiden itu, Pemimpin Rusia bereaksi dengan tiada percaya, dengan mengungkapkan “tidak mungkin.” “Tidak mungkin,” jawab Trump.
“Kau akan dipukul begitu keras, lalu aku akan mencopot kubah-kubah sialan itu dari kepalamu,” katanya, yang digunakan tampaknya merujuk pada kediaman pemimpin Rusia itu dalam Kremlin.
Masa jabatan Trump berakhir pada awal 2021, lebih lanjut dari setahun sebelum dimulainya operasi militer Rusia pada Ukraina.
Putin terakhir kali berbicara dengan Trump pada 2020, menurut catatan publik. Namun, jurnalis Amerika Bob Woodward mengklaim bahwa keduanya telah lama melakukan “mungkin sebanyak tujuh” percakapan sejak Trump meninggalkan Gedung Putih. Baik Kremlin maupun kelompok kampanye Trump sudah membantah klaim tersebut.
Mantan presiden Negeri Paman Sam yang disebutkan sudah berulang kali menyatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina bukan akan terjadi apabila ia masih menjabat, juga sudah berjanji untuk mengakhirinya di waktu 24 jam apabila terpilih.
Meskipun ia belaka memberikan sedikit rincian tentang rencana perdamaian yang dimaksud potensial, pasangannya, J.D. Vance, menyatakan Trump dapat memulai pembicaraan dengan Rusia, Ukraina, kemudian pemangku kepentingan Eropa untuk memulai pembangunan zona demiliterisasi di area sepanjang garis depan pada waktu ini, dengan Kiev setuju untuk bukan bergabung dengan NATO.













