www.BeritaMakassar.com – RIYADH – Arab Saudi, yang digunakan terperangkap di ketidakpastian, memandang pertempuran habis-habisan Iran-Israel sebagai sesuatu yang mana tak tepat waktu. Netralitas menjadi sesuatu yang tersebut tak nyaman, lalu terjun ke pada pertikaian sebagai sesuatu yang dimaksud tidak ada dapat dihindari.
Meningkatnya ketegangan antara Iran kemudian Israel, yang dimaksud berpuncak pada peperangan Israel-Hamas di tempat Gaza, telah dilakukan menjerumuskan Arab Saudi ke pada kondisi ketidakpastian.
Meskipun persaingan lama Riyadh dengan Teheran, rekonsiliasi baru-baru ini dengan Iran, meningkatnya ketegangan regional, juga kepentingan domestik Arab Saudi sendiri sudah menyebabkan para pemimpinnya mengadopsi nada yang lebih lanjut hati-hati kemudian pasifis.
Kali ini, Arab Saudi telah terjadi membingkai responsnya terhadap tindakan negara Israel terhadap Iran di istilah hukum, tidak politik.
Riyadh mengutuk pembunuhan pemimpin kelompok Hamas Ismail Haniyeh di dalam Teheran pada 31 Juli sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Iran.
Sebelumnya, serangan tanah Israel terhadap konsulat Iran pada Damaskus pada 1 April, disertai oleh serangan rudal kemudian pesawat nirawak balasan Iran dua minggu kemudian, menggalakkan Arab Saudi, sama-sama dengan negara-negara Teluk lainnya, untuk segera mengutuk serangan tanah Israel juga menyampaikan peringatan tentang “bahaya peperangan lalu konsekuensinya yang tersebut mengerikan”.
Meskipun ada ketegangan historis dengan Iran, Arab Saudi telah dilakukan secara terlibat terlibat di upaya diplomatik untuk menjaga dari eskalasi yang dimaksud dahsyat. Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan sudah menjadi yang mana terdepan di komunikasi dengan semua pihak yang terlibat, menganjurkan “pengekangan ganda” kemudian menekankan: “Kami tidaklah membutuhkan lebih besar banyak konflik di dalam wilayah kami.”
Monarki Teluk yang kaya energi, yang tersebut masih terguncang akibat dampak pemberontakan Arab Spring kemudian bergulat dengan penderitaan Gaza, saat ini menghadapi bencana lain yang dimaksud mengancam di area depan pintunya–perang habis-habisan antara negeri Israel dan juga Iran.
Awalnya, Arab Saudi, bersatu dengan negara-negara regional lainnya, menolak untuk membuka wilayah udaranya bagi tanah Israel juga Amerika Serikat selama serangan tersebut.













