BeritaMakassar.com – Sebagai pegiat pariwisata yang mana telah berkecimpung selama 20 tahun, saya sangat sadar bahwa isu pariwisata belum menjadi isu yang mana populis dalam urusan politik demokrasi Indonesia. Isu pariwisata masih kalah populis dengan isu kebijakan pemerintah praktis, ekonomi, ataupun isu pertahanan seperti belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Sekilas, kemungkinan besar ada yang dimaksud mengungkapkan “naif” terhadap saya lantaran mengangkat isu pariwisata yang mana masih kalah populis dengan isu lainnya. Saya sangat memahami pernyataan semacam itu serta tak membantahnya.
Namun, pasca urusan politik demokrasi menerapkan sistem one person one vote, isu pariwisata adalah sleeping giant atau raksasa yang digunakan tertidur. Saya akan mengulas kenapa julukan itu pantas disematkan untuk pariwisata.
Pariwisata adalah Raksasa yang tersebut Tertidur
Berdasarkan data yang mana dihimpun dari Kementerian Wisata juga Kondisi Keuangan Kreatif (Kemenparekraf) juga Badan Pusat Statistik (BPS), setidaknya terdapat 33 jt orang yang mana merupakan pelaku pariwisata lalu kegiatan ekonomi kreatif (parekraf).
Pariwisata lalu kegiatan ekonomi kreatif perlu dipahami sebagai satu kesatuan yang dimaksud tak terpisah oleh sebab itu pariwisata pasti melibatkan aktivitas kreatif. Wisata adalah tempat pada mana imajinasi manusia menemukan rumahnya.
Melihat besarnya data pelaku parekraf, dengan menggunakan kacamata one person one vote, maka dapat dikatakan bahwa isu pariwisata dapat menyumbang 33 jt suara. Jumlahnya sangat besar. Fantastis.
Jumlah itu bahkan jarak jauh di dalam menghadapi kluster Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang mana selama ini kerap menjadi pembahasan nasional. Berdasarkan data dari Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), per November 2023 jumlah agregat PMI sebanyak 19.501 orang. Secara kumulatif, dari Januari sampai November 2023 jumlahnya mencapai 257.476 orang.
Selain masalah jumlah, kemungkinan ekonomi dari sektor parekraf juga sangat luar biasa. Berdasarkan laporan Organisasi Wisata Planet Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO), pada tahun 2022 pendapatan negara-negara yang mana concern terhadap isu pariwisata dapat mencapai puluhan hingga beratus-ratus miliar dolar.
Amerika Serikat menempati peringkat pertama dengan US$ 132 miliar, Spanyol US$ 73 miliar, Inggris US$ 68 miliar, Uni Emirat Arab US$ 61 miliar, Prancis US$ 60 miliar, Italia US$ 44 miliar, Turki US$ 41 miliar, kemudian Jerman US$ 32 miliar.
Berdasarkan data dari Kemenparekraf, per September 2023 partisipasi pariwisata terhadap Barang Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 3,83%. Angka ini lebih besar tinggi dibandingkan tahun lalu yang sebesar 3,6%. Setiap September 2023, nilai devisa pariwisata Indonesia telah menyentuh bilangan bulat US$ 10,46 miliar.
Menghimpun dua bilangan bulat besar itu, yakni jumlah agregat pelaku parekraf dan juga peluang perekonomian parekraf, maka sangat pantas apabila isu pariwisata disebut sebagai sleeping giant atau raksasa yang digunakan tertidur. Kita perlu membangunkan raksasa ini agar menjadi pernyataan lalu roda dunia usaha yang luar biasa.
Kartu Amerika Serikat Satu Putaran
Sekali lagi saya tekankan, dengan peluang ucapan sebesar 33 jt suara, bukankah isu pariwisata dapat melakukan konfirmasi kemenangan di area Pilpres 2024. Bahkan dapat menegaskan kemenangan satu putaran bagi yang lihai menggarapnya.
Dapat pula kita katakan bahwa para pelaku parekraf merupakan kluster pernyataan swing voters yang mana begitu besar. Selama ini swing voters kerap hanya sekali dirujuk terhadap pemilih muda, yakni Milenial juga Gen Z. Rujukan itu bertolak dari data bahwa 52% Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilihan raya 2024 merupakan pemilih muda.
Dengan jumlah agregat yang mana mencapai banyak jt suara, partai kebijakan pemerintah serta figur kebijakan pemerintah berlomba-lomba memainkan isu Milenial serta Gen Z demi mendulang suara. Kita semua sudah ada meninjau ini.
Nah, pada sana saya meninjau opportunity yang besar pada isu pariwisata. Karena berbagai pihak hanya sekali fokus pada pemilih muda, mereka lupa bahwa pelaku parekraf juga merupakan kelompok swing voters yang tersebut besar.
Berdasarkan pengamatan saya, sejauh ini belum ada partai kebijakan pemerintah lalu figur kebijakan pemerintah yang mana fokus memainkan isu pariwisata. Oleh karenanya, bagi dia yang digunakan meninjau potensi itu serta lihai memainkan isu pariwisata, mereka akan mendapatkan peluang kata-kata sebesar 33 jt suara.
Khusus mendiskusikan Pilpres 2024, dengan berbagai rilis survei menunjukkan elektabilitas tertinggi di dalam bilangan 40-an persen, isu pariwisata dapat meyakinkan kemenangan satu putaran. Jika isu pariwisata kritis digarap, ada kemungkinan 33 jt kata-kata yang dimaksud dapat mengunci kemenangan pada Pilpres 2024.
Sebagai penutup, saya ingin menghadirkan bersama-sama untuk mengawasi ada raksasa yang tersebut selama ini tertidur. Raksasa itu perlu dibangunkan. Namanya pariwisata, tepatnya elektoral pariwisata.