BeritaMakassar.com – Kehidupan dunia hari ini sudah pernah berubah. Lompatan teknologi komunikasi yang tersebut begitu cepat telah lama memproduksi perilaku juga cara pandang manusia menjadi tak lagi bersekat. Semuanya menjadi seperti labirin tipis, terlihat seperti transparan. Sebuah insiden yang tersebut terjadi dalam salah satu negara bagian di tempat Amerika Serikat, misalnya, akan dapat diketahui secara cepat oleh seseorang yang digunakan sedang berada dalam Papua, Indonesia.
Ketika laju informasi komunikasi sudah ada berlari begitu kencang, sesungguhnya dibutuhkan kejelian bagi sebuah negara untuk memanfaatkan inovasi ini. Nation branding menjadi strategi yang digunakan harusnya dioptimalkan.
Para ahli komunikasi sudah mengaitkan nation branding ini dengan bagaimana cara mengurus reputasi juga citra sebuah negara secara baik di tempat pentas global. Jika dikelola secara baik, maka reputasi juga citra yang disebutkan tak hanya saja akan terpancar pada negara itu sendiri, melainkan juga melekat pada item juga asetnya. Dalam hal ini, produk-produk dan juga aset itu dapat bersumber pada kearifan budaya, keindahan alam, pola interaksi warganya hingga kekayaan kuliner yang tersebut dimilikinya.
Contoh nyata keberhasilan nation branding ini sanggup dilihat pada Korean Wave. Gelombang itu tak cuma memperkenalkan karya-karya drama serial atau lagu, tapi juga dihadiri oleh pada ekspor budaya Korea ke berbagai mancanegara, termasuk Indonesia. Lantas muncul pertanyaan besar, mampukah Indonesia melakukannya?
Urgensi nation branding
Sejatinya, modal Indonesia untuk melakukan nation branding guna memperkenalkan diri ke pentas global sungguh berlimpah. Anugerah keindahan bentangan alam sangat bervariasi, mulai dari pesona pantai, laut dalam, hingga pegunungan, memberikan pesonanya yang tersebut begitu eksotik. Wonderful Indonesia sebagai tagline kampanye Visit Indonesia itu ditujukan buat wisatawan internasional, sebenarnya sudah ada dilaksanakan sejak 2008.
Selain kampanye mengirimkan keindahan alam Indonesia, penawaran untuk memperkenalkan kuliner khas tempat telah dilakukan. Warga dunia mengakui rendang, makanan khas jika Sumatra Barat, sebagai salah satu makanan paling lezat dunia.
Lalu lumpia dan juga tempe telah lama diakui sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO, salah satu badan khusus di dalam PBB. Selanjutnya, kekayaan keanekaragaman hayati dari hutan tropis pada Indonesia menjadi paru-paru dunia yang dimaksud dapat menjadi salah satu nation branding yang mana kuat ke warga dunia.
Semua anugerah yang tersebut telah terjadi dimiliki Indonesia itu memang benar belum sepenuhnya dapat dioptimalisasi untuk menarik warga dunia. Di sinilah menjadi penting bagaimana mendirikan sinergi dari seluruh stakeholder terkait.
Hal yang dimaksud tak kalah pentingnya juga adalah bagaimana negara menyiapkan orkestrator nation branding. Secara formal, orkestrator ini sesungguhnya dapat dijalankan oleh para diplomat yang tersebut bermukim di dalam luar negeri. Tugas diplomat ke depan menjadi penting bagaimana mengorkestrasi strategi nation branding itu bisa jadi dijalankan secara efektif, terencana kemudian terukur.
Windownesia sebagai nation branding Indonesia
Dalam mengorkestrasi itu, tentunya manusia diplomat sanggup mensinergikan dengan kegiatan yang dimaksud sudah ada diadakan oleh pemerintah Indonesia. Salah satu yang tersebut perlu mendapat apresiasi ketika ini adalah mengorkestrasi nation branding Indonesia melalui kegiatan bernama Windownesia. Rencana ini merupakan inisiatif kolaborasi yang digunakan digagas BUMN ritel kebanggaan Indonesia, Sarinah, dengan Dufry International AG yang tersebut merupakan operator toko bebas bea terbesar di dalam dunia.
Program Windownesia ini telah terjadi diresmikan kali pertama pada 11 Oktober 2023 di area Perth, Australia. Hadirnya inisiatif kolaborasi ini untuk memberikan wadah khusus di memamerkan dan juga memasarkan produk-produk Indonesia pada beragam kanal distribusi Dufry.
Dalam perspektif nation branding, Windownesia ini sesungguhnya bisa saja menjadi jendela dunia terhadap Indonesia untuk menguatkan reputasi kemudian citranya. Artinya, acara Windownesia mampu diterjemahkan lebih besar luas sebagai ikhtiar di menjalankan semua peluang yang dimiliki Indonesia untuk dapat menarik warga mancanegara, khususnya yang ada di area Australia, untuk mengenal tambahan pada Indonesia.
Di sinilah menjadi penting orkestrasi Windownesia dijalankan oleh seseorang diplomat. Untuk dapat mengoptimalkan Windownesia sebagai jendela Indonesia buat dunia menjadi lebar maka diperlukan pengetahuan kemudian jejaring dari manusia diplomat.
Inisiasi acara BUMN ini harus mampu menjadi etalase di nation branding. Sebagai etalase maka diperlukan individu marketing yang dimaksud dapat memahami komunikasi lalu keinginan dari warga di negara lain untuk menaruhkan hatinya terhadap Indonesia.
Untuk menciptakan proses marketing dapat berjalan secara efektif maka pilihan kolaborasi dengan para kelompok etnis yang tersebar di berbagai negara Indonesia menjadi solusi yang tersebut baik. Diaspora ini merupakan istilah yang tersebut merujuk pada orang Indonesia yang tersebut menjadi perantau di tempat negara asing.
Para kelompok etnis yang tersebar di berbagai negara ini tentunya telah memahami kultur serta perilaku dari setiap warga negara di area mana mereka itu tinggal. Optimalisasi kolaborasi dengan para anak-anak muda kelompok etnis yang tersebar di berbagai negara menjadi pilihan yang akan menimbulkan nation branding sanggup dijalankan secara sustain.
Alasan lainnya melibatkan kaum muda kelompok etnis yang tersebar di berbagai negara adalah merek ini umumnya tergolong orang-orang produktif yang masih memiliki keinginan besar untuk berpetualang lalu mengenal negara-negara yang tersebut memiliki daya pikat unik kemudian menarik.
Selain kolaborasi dengan para diaspora, orkestrasi nation branding yang dimaksud dilaksanakan oleh diplomat dapat juga menghadirkan anak-anak Indonesia kreatif untuk memperkenalkan Indonesia lewat ketrampilannya. Usaha semacam ini sebenarnya telah cukup berbagai dilakukan, misalnya sekadar dengan memfasilitasi para musisi Indonesia untuk memperkaya genre world music maupun jazz dunia dengan keunikan karya tradisional Indonesia.
Nation branding tentunya tidaklah hanya sekali bertumpu pada orkestrasi diplomat pada luar negeri. Di di negeri, event–event yang tersebut bersifat unik bisa saja menjadi daya pikat untuk memperkenalkan Indonesia ke warga dunia. Acara semacam jazz gunung yang tersebut diselenggarakan di area Gunung Bromo, Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) pada Yogyakarta, Jember Fashion Carnaval hingga kegiatan bersepeda Tour d’Singkarak di dalam Sumatra Barat, harus lebih besar diperkuat lagi gaungnya.
Untuk memperkuatnya dapat dijalankan sejumlah cara. Salahnya adalah menghadirkan public figure global yang tersebut miliki ketertarikannya untuk Indonesia. Ketertarikan aktor Hollywood Will Smith untuk destinasi wisata Lembah Purba di dalam Sukabumi, misalnya, harusnya dapat ditangkap sebagai aktivitas nation branding Indonesia ke pentas global.
Tentunya untuk menghasilkan nation branding itu dapat berjalan optimal, diperlukan adanya sinergi dari semua pihak. Tak lupa juga bagaimana upgrading diri untuk menjadi tuan rumah yang ramah di menyambut datangnya para tamu luar negeri dan juga menyiapkan konektivitas transportasi ke setiap destinasi di tempat Indonesia. Inilah yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk menjadikannya sebagai rumah bagi warga penduduk dunia.