BeritaMakassar.com –
Jakarta – Pada 26 Mei 2024, negara Israel melancarkan serangan ke Rafah, area perbatasan pada jalur Kawasan Gaza yang sebelumnya ditetapkan sebagai ‘zona aman’ untuk mengungsi bagi jutaan warga Palestina.
Serangan udara pasukan tanah Israel kala itu menewaskan 45 orang lalu memicu reaksi keras dari negara-negara dunia. PBB menyatakan serangan itu adalah yang dimaksud paling kejam, sebab Rafah juga berperan sebagai area penyaluran bantuan bagi warga Palestina.
Penyerangan negeri Israel ke Rafah memproduksi warga Palestina terjebak serta tak dapat melindungi diri dari bombardir bertubi-tubi.
Dengan krisis yang mana kian masif, jutaan orang dari seluruh dunia menunjukkan dukungan untuk warga Palestina dengan membagikan foto buatan Kecerdasan Buatan bertuliskan ‘All Eyes on Rafah’.
Gerakan membagikan gambar buatan Kecerdasan Buatan yang disebutkan secara langsung tersebar luas di 24 jam terakhir. Puluhan jt orang berbondong-bondong membagikannya pada Instagram juga layanan media sosial lainnya.
Hingga berita ini dirilis, pantauan CNBC Indonesia, Kamis (30/5/2024), gambar ‘All Eyes on Rafah’ buatan Artificial Intelligence telah menghimpun tambahan dari 46 jt share di area Instagram Story.
Banyak figur umum yang digunakan selama ini tak bersuara masalah serangan negara Israel ke Wilayah Gaza turut membagikan foto buatan Kecerdasan Buatan tersebut. Lantas, hal ini menjadi perdebatan sengit antar netizen.
Pembuat Foto Artificial Intelligence ‘All Eyes on Rafah’
Template yang disebutkan dibuat oleh pengguna Instagram dengan akun @shahv4012. Pada gambar tersebut, tampak sejumlah tenda berbaris dengan rapi.
![]() All Eyes On Rafah. (Dok: Instagram @trtworld) |
Tenda-tenda itu terlihat bersih juga diambil dari jarak ketinggian yang jauh. Lalu ada tulisan ‘All Eyes on Rafah’.
Ia juga menyematkan ciri Instagram ‘Add Yours’ yang memungkinkan pengguna membagikan foto buatan Teknologi AI itu dengan tambahan mudah. Cukup sekali klik, pengguna bisa saja turut menyebarkannya ke Instagram Story masing-masing.
Pemicu Debat Foto ‘All Eyes on Rafah’ Buatan AI
Yang menjadi perdebatan adalah foto buatan Artificial Intelligence itu dinilai tak merepresentasikan kondisi sebenarnya di area Rafah. Tak ada tenda-tenda bersih yang digunakan tersusun rapi di tempat Rafah ketika ini.
Menurut gambar satelit, tenda-tenda dalam kamp pengungsian Rafah sudah ada habis dibombardir pasukan Israel. Kondisi nyata di area Rafah terpencil tambahan tragis ketimbang yang digunakan terlihat pada foto Teknologi AI yang tersebut terkesan dipoles gila-gilaan.
![]() Gambar citra satelit yang dimaksud dirilis pada Rabu (29/5) menunjukkan dampak serangan udara tanah Israel di tempat Rafah. (Maxar Technologies/Handout via REUTERS) |
Netizen juga menyorot mengenai banyaknya konten-konten video/foto asli yang tersebut diambil segera oleh warga Palestina kemudian para jurnalis, namun tak jadi ramai seperti foto buatan AI.
[Gambas:Twitter]
Padahal, warga Palestina juga para jurnalis mengambil dengan segera foto/video di area lapangan dengan susah payah sembari dihadang risiko tewas diterjang serangan Israel. Hal ini menyebabkan sejumlah netizen merasa miris dan juga ironis.
Terlebih, foto ‘All Eyes on Rafah’ buatan Artificial Intelligence itu tak menjelaskan apa-apa. Tak ada data terkait jumlah keseluruhan korban meninggal, tak ada opini untuk membakar dukungan ke Palestina, serta tak ada fakta aktual yang dimaksud dibeberkan.
Hal ini mengingatkan dengan aksi media sosial ‘Black Lives Matter’, ketika berbagai netizen yang mendadak membagikan foto hitam dengan hashtag #BlackLivesMatter’.
Meski dibagikan dengan niat solidaritas, tetapi banyaknya konten-konten tak berisi akan menutupi informasi-informasi krusial dan juga terbaru terkait situasi sebenarnya.
Bias Instagram Terhadap Serangan tanah Israel ke Gaza
Instagram sendiri yang dimaksud menjadi tempat viral-nya foto Kecerdasan Buatan ‘All Eyes in Rafah’ selama ini kerap diprotes lantaran tuduhan ‘shadow-banning’ konten-konten tentang Palestina sejak Oktober 2023, ketika pertempuran pertama kali meletus.
Pada Desember lalu, laporan dari Human Rights Watch menemukan Meta yang digunakan merupakan induk Facebook kemudian Instagram, telah terjadi terlibat pada penyensoran online secara sistemik.
Meta juga dilaporkan sudah pernah secara bergerak membungkam suara-suara yang dimaksud merepresentasikan dukungan terhadap Palestina. Hal ini dibantah juru bicara Meta, walau berbagai laporan analisis yang mana membuktikannya.
“Impikasi bahwa kami secara sistemis menekan beberapa pengumuman adalah keliru,” kata juru bicara Meta, disitir dari Mashable, Kamis (30/5/2024).
Asal Mula Slogan ‘All Eyes on Rafah’
Dikutip dari Forbes, slogan ‘All Eyes on Rafah’ diduga berasal dari omongan Rick Peeperkorn, Direktur Organisasi Aspek Kesehatan Bumi (WHO) yang tersebut berkantor di dalam teritori Palestina.
Pada Februari lalu, ia mengungkapkan “All eyes on Rafah”, beberapa hari setelahnya Awal Menteri (PM) negara Israel Benjamin Netanyahi memerintahkan rencana evakuasi dalam Rafah.
Netanyahu kala itu menyampaikan Rafah merupakan satu-satunya area yang masih menjadi kekuatan grup militan Hamas.
Seruan ‘All Eyes on Rafah’ mengaak publik dunia agar tak acuh terhadap genosida yang mana terjadi dalam Gaza. Seluruh dunia diminta benar-benar mengamati dan juga memantau perkembangan di dalam Rafah.
Selanjutnya, berbagai organisasi dan juga kelompok negosiasi seperti Save the Children, Oxfam, American for Justice in Palestine Action, Jewish Voice for Peace, dan juga Palestine Solidarity Campaign mengulangi seruan ‘All Eyes on Rafah’ hingga jadi popular dan juga memancing pergerakan yang digunakan lebih besar besar.
Salah satu video yang digunakan populer di dalam TikTok datang dari penyanyi pop berdarah Amerika-Palestina, Zach Matari. Ia mengunggah slogan yang dimaksud di area akun TikTok-nya dan juga menghimpun jutaan view.
All Eyes on Rafah!