Tantangan Pascakontrak Kapal Selam Scorpene Evolved

Tantangan Pascakontrak Kapal Selam Scorpene Evolved

BeritaMakassar.com – Kementerian Defense Republik Indonesia dan juga Naval Group mengesahkan pembelian dua kapal selam kelas Scorpene Evolved pada 28 Maret 2024. Pemberian kontrak untuk galangan Prancis dilaksanakan tiga hari sebelum masa berlaku Penetapan Informan Pendanaan (PSP) acara kapal selam diesel elektrik senilai US$2.1 miliar berakhir.

Program pengadaan kapal selam yang digunakan mengadopsi Full Lithium-ion Battery yang dimaksud memakai skema pembiayaan Lembaga Penjamin Kredit Ekspor, di area mana kreditor terbesar adalah Banque publique d’investissement (Bpifrance) serta Direction générale du Trésor (DG Trésor) yang tersebut merupakan bagian Kementerian Sektor Bisnis dan juga Keuangan Prancis.

Kontrak yang disebutkan juga menandai bahwa pada periode 2020-2024, Indonesia membelanjakan sekitar US$11 miliar ke Prancis untuk belanja peralatan pertahanan setelahnya sebelumnya memberikan sebagian kontrak terhadap Dassault Aviation, Thales dan juga Airbus Defence and Space.

Keputusan Indonesia menetapkan Naval Group sebagai pemasok kapal selam diesel elektrik merupakan perpaduan antara pertimbangan teknis operasional kapal selam, ekonomi-industri dan juga politik. Pertimbangan urusan politik tidaklah dapat dipandang sebelah mata, sebab tindakan memberikan kontrak untuk galangan Prancis juga menghadapi persetujuan Presiden Joko Widodo.

Pembelian dua kapal selam kelas Scorpene Evolved merupakan upaya membangkitkan kembali kemampuan peperangan kapal selam yang tidaklah dapat dipenuhi lewat pengadaan tiga kapal selam DSME 209/1400 hampir 10 tahun lalu. Selain itu, pengambilalihan kapal selam dari Prancis juga bagian dari upaya Indonesia untuk menguasai teknologi rekayasa kemudian proyek konstruksi kapal selam melalui penyelenggaraan dua kapal selam di area Surabaya lewat kemitraan antara Naval Group juga PT PAL Indonesia.

Penandatanganan kontrak yang disebutkan bukanlah akhir dari kegiatan pengadaan kapal selam diesel elektrik, namun awal dari sebuah fase panjang hingga kapal selam kelas Scorpene Evolved diserahkan untuk Indonesia sekitar 2030. Justru sekarang adalah fase kritis yang tersebut dihadapi oleh Indonesia sesudah kontrak pembelian diteken.

Mengacu pada berbagai kegiatan pengambilalihan sistem senjata, masa pascapenandatanganan kontrak adalah waktu kritis sebelum sebuah kontrak memasuki fase aktivasi. Terdapat beberapa alasan mengapa pada waktu ini dikategorikan sebagai tahap kritis untuk kontrak pembelian dua kapal selam kelas Scorpene Evolved.

Pertama, loan agreement. Agar kontrak yang dimaksud sudah pernah diteken dapat memasuki fase efektif, dibutuhkan loan agreement antara Kementerian Keuangan lalu calon lender. Mengingat bahwa skema pembiayaan kegiatan kapal selam diesel elektrik adalah Lembaga Penjamin Kredit Ekspor pada mana calon lender telah tersedia, penandatanganan loan agreement adalah pekerjaan rumah yang digunakan harus segera diselesaikan.

Apabila loan agreement sudah ada ditandatangani oleh Kementerian Keuangan lalu calon lender, inisiatif pembelian kapal selam kelas Scorpene Evolved dapat melangkah menuju fase berikutnya.

Kedua, ketersediaan dana Rupiah Murni Pendamping (RMP). Dalam loan agreement yang disepakati oleh Kementerian Keuangan juga calon lender, salah satu klausul adalah besaran uang muka yang tersebut harus dibayarkan oleh pemerintah Indonesia agar kontrak dapat memasuki tahap efektif.

Besaran uang muka bervariasi antara 7,5% hingga 15% tergantung kesepakatan kedua belah pihak. RMP akan diambil dari pos anggaran belanja modal APBN Kementerian Pertahanan, sehingga menjadi pertanyaan apakah RMP bagi inisiatif kapal selam kelas Scorpene Evolved akan tersedia pada APBN TA 2025 atau tidak?

Ketiga, kesiapan mitra lokal Naval Group dalam Indonesia. Naval Group selaku Original Equipment Manufacturer kapal selam kelas Scorpene Evolved diharapkan akan segera menyepakati kemitraan dengan PT PAL Indonesia melalui Joint Operation Agreement (JOA).

Mengacu pada Workshare Agreement antara Naval Group juga PT PAL Indonesia pada 10 Februari 2022, 30% dari nilai kontrak akan diberikan untuk PT PAL Indonesia. Seperti pernah ditulis sebelumnya, semua kegiatan seperti pemotongan baja pertama, pembangunan lambung kapal selam, modules/section grand assembly, test and trial hingga torpedo live firing akan dilaksanakan di dalam Indonesia.

Kesiapan anak usaha PT LEN Industri (Persero) pada pembangunan dua kapal selam kelas Scorpene Evolved dalam Indonesia merupakan salah satu hal kritis terkait implementasi acara senilai US$2,1 miliar tersebut. Isu kesiapan tidak sekadar tentang prasarana produksi yang mana tahun lalu telah terjadi mendapatkan assessment dari Naval Group, tetapi juga kesiapan untuk mengurus acara sama-sama dengan Naval Group melalui semacam Joint Proyek Office (JPO).

JPO merupakan suatu organisasi gabungan antara Naval Group dan juga PT PAL Indonesia untuk mendiskusikan lalu mengeksekusi hal-hal teknis terkait pembangunan kapal selam kelas Scorpene Evolved. Dibutuhkan kesiapan manajemen firma Indonesia yang dimaksud untuk menjalankan kegiatan tersebut, dalam mana peran JPO pada tahap awal dapat berfokus pada isu desain juga perencanaan program.

Kesiapan finansial tidaklah boleh dilupakan pula, di dalam mana PT PAL Indonesia harus mempunyai dana khusus yang tersebut dialokasikan untuk acara proses pembuatan kapal selam. Sebagai sebuah acara bersama, tentu belaka urusan finansial tidaklah dapat semuanya diserahkan terhadap Naval Group.

Misalnya apabila ada persyaratan penerbitan bank guarantee dengan jaminan berbentuk cash collateral, di area mana praktik cash collateral adalah lumrah pada dunia keuangan Indonesia. Merupakan sebuah harapan bahwa isu kesiapan finansial tidaklah akan menjadi penghambat inisiatif pembangunan kapal selam kelas Scorpene Evolved pada tahun-tahun mendatang.

Begitu pula dengan kesiapan manpower planning, di dalam mana fakta menunjukkan bahwa hingga beberapa tahun ke depan PT PAL Indonesia masih mempunyai kontrak penyelenggaraan dua fregat Arrowhead 140 pesanan Kementerian Perlindungan Indonesia, dua LPD pesanan Departemen Perlindungan Nasional Filipina kemudian satu LPD pesanan Uni Emirat Arab.

Dihadapkan pada empat kegiatan besar tersebut, PT PAL Indonesia dituntut untuk dapat menyiapkan manpower planning yang digunakan dapat diandalkan sehingga tiada ada acara proses pembuatan yang terganggu dikarenakan manpower diserap oleh tiga kegiatan lainnya.

Di antara keuntungan yang tersebut akan didapatkan oleh Indonesia di penyelenggaraan kapal selam kelas Scorpene Evolved adalah nilai isi lokal sebesar 30% atau berjauhan tambahan besar bila dibandingkan dengan kegiatan proses pembuatan fregat dalam PT PAL Indonesia beberapa tahun silam.

Nilai 30% juga akan mengalir untuk beberapa firma swasta Indonesia, selain PT PAL Indonesia, yang telah terjadi dipilih oleh Naval Group untuk berperan sebagai vendor lokal. Hal demikian selain menciptakan lapangan kerja lokal pada acara proses pembuatan kapal selam, juga membantu perusahaan-perusahaan swasta lokal menerima knowhow yang dimaksud bersifat teknis lalu keterampilan terkait beberapa subsistem kapal selam.

Ini merupakan kesempatan langka bagi firma-firma yang dimaksud sebab sangat jarang galangan kapal asing memberikan beberapa jumlah pekerjaan terkait zat lokal terhadap perusahaan non BUMN.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *