Kisah Wanita Amerika Serikat Pro-Palestina Tewas pada Rafah, Digilas Buldoser tanah Israel

Kisah Wanita Amerika Serikat Pro-Palestina Tewas pada Rafah, Digilas Buldoser tanah negeri Israel

BeritaMakassar.com –

Jakarta,CNBC Indonesia – Tanah Rafah menjadi sorotan imbas negeri Israel secara nyata melakukan serangan ke kamp pengungsian warga Palestina. Akibatnya, berbagai warga Palestina yang digunakan tewas terbakar hidup-hidup. 

Serangan militer negeri Israel ke kota Rafah bukan kali ini sekadar terjadi. Bahkan, serangan pun tak cuma dijalankan untuk warga Palestina, tapi siapapun orang yang membela Palestina. Salah satunya Rachel Aliene Corrie, pelajar jika Negeri Paman Sam yang mana punya simpati besar ke Palestina. 

Kedatangan Rachel ke Rafah dari Seattle, AS, dimaksudkan untuk melakukan riset skripsi tentang kota kembar (sister city) antara Olympia, AS, kemudian Rafah, Palestina. Namun, Rachel datang di area waktu yang mana tidaklah tepat. Kala itu, sedang terjadi peningkatan eskalasi konflik antara Israel-Palestina yang kemudian dikenal sebagai Intifada II. Siapapun tahu bahwa keberadaan sipil yang juga warga negara asing di area sedang konflik sangat beresiko. Nyawa taruhannya.

Namun, tetap saja hanya itu tak memundurkan langkah Rachel. Dia tetap memperlihatkan ingin ke Rafah. Terlebih, beliau juga tergabung pada aksi International Solidarity Movement (ISM) sebagai aktivis pro-Palestina. Berbagai resiko jelas diketahuinya dengan baik.

Saat tiba dalam Palestina, Rachel diikutsertakan pada berbagai pelatihan. Baru setelahnya ia melaksanakan misi penelitian serta advokasi pro-Palestina. Dia tinggal dalam Rafah pada sebuah kemah bersatu para aktivis lain yang menurut hukum internasional tiada boleh diserang kemudian diintimidasi.

Meski begitu, larangan yang dimaksud dilanggar oleh militer Israel. Pada hari pertama tinggal dalam Rafah, sniper negara Israel secara langsung menembaki kemah tempat tinggal Rachel tanpa alasan jelas. Beruntung, Rachel sanggup selamat. Sejak itulah, sebagai bentuk pembalasan, Rachel berupaya melawan merek dengan menjadi perisai hidup rakyat Palestina.

Dalam laporan New York Times diketahui Rachel terus-menerus berdiri paling depan menentang operasi militer negeri Israel lalu berbagai penindasan lain. Dia lantang bersuara menggunakan toa untuk menahan laju tentara. Bahkan di salah satu surat untuk orang tuanya yang tersebut dihimpun The Guardian, ia juga pernah mengumumkan mantan Presiden Negeri Paman Sam George Bush sebagai orang gila disertai pembakaran bendera Amerika Serikat sebagai bentuk membantah menghadapi Invasi Amerika Serikat ke Iraq pada Februari 2003.

Namun, perjuangan Rachel yang dimaksud terus-menerus dikenang terjadi pada 16 Maret 2003. Pada hari itu, beliau diberi tugas untuk menjaga sumber-sumber air rakyat Palestina. Pasalnya, selama seminggu terakhir, militer negeri Israel rutin melakukan inspeksi dan juga menghancurkan sumber air menggunakan buldoser. Tak jarang juga, buldoser itu digunakan untuk meratakan rumah penduduk. Tentu sekadar itu semua diadakan untuk mematikan rakyat Palestina.

Perjuangan menjaga sumber air mendapat perlawanan hebat dari militer Israel. Mengutip Mother Jones, militer negeri Israel menyerang Rachel lalu para aktivis dengan granat lalu gas air mata. Serangan itu pada akhirnya berhasil menciptakan merek melemah.

Di titik nadir aktivis inilah tentara Zionis menggerakkan buldoser. Ketika hendak meruntuhkan rumah, Rachel bangkit kemudian pasang badan. Perempuan berusia 23 tahun itu memohonkan buldoser berhenti. Dia berada di area sedang jalan, hendak menghalangi gerak buldoser.

Sialnya, buldoser itu tak mau berhenti. Alhasil, Rachel yang berada di dalam jalur buldoser, otomatis terlindas. Kendaraan seberat ribuan kilogram itu menggiling badan Rachel dari kepala hingga kaki. Rachel tumbang kemudian secara langsung dibawa ke rumah sakit.

Namun, dengan fakta mengerikan itu siapapun mengetahui kalau nyawa Rachel sulit diselamatkan. Benar saja, menurut The Guardian, tak lama setelahnya tiba di tempat rumah sakit, dokter setempat menyatakan Rachel meninggal pukul 5.20 dengan kondisi pendarahan parah. Riwayat perjuangan Rachel pun berhenti pada 16 Maret 2003.

Kendati ada bukti bahwa buldoser melindas Rachel hidup-hidup, otoritas tanah Israel menolak bertanggungjawab. Mengutip The Independent, mereka berdalih kejadian yang dimaksud adalah kecelakaan yang tersebut kemudian pernyataan ini dikuatkan pengadilan.

Artikel Selanjutnya Aksi Boikot Layanan negeri Israel Sukses, Kerugiannya Bisa Mata Uang Rupiah 180 T

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *