ASEAN, Termasuk RI, Pegang Kunci Utama Atasi Chip War-Deadlock Semikonduktor

ASEAN, Termasuk RI, Pegang Kunci Utama Utama Atasi Chip War-Deadlock Semikonduktor

BeritaMakassar.com – Ketegangan geopolitik, supply chain yang tersebut spesifik, hambatan di market entry, dan juga pandemi penyebaran virus Corona telah dilakukan memicu kekurangan mikrochip atau semikonduktor global, yang tersebut secara signifikan mengganggu rantai nilai produk-produk penting mulai dari smartphone hingga mobil. Pengaruh kerugian global dari kekurangan mikrochip ini sangat besar antara lain produksi mobil turun hingga 26% serta pemasaran smartphone berkurang hingga 6% pada tahun 2021.

Proteksionisme China, AS, dan juga Uni Eropa adalah salah satu alasan utama yang memperburuk risiko hambatan supply pada tahun 2024. Amerika Serikat menerapkan kebijakan CHIPS and Science Act dengan insentif seperti kredit pajak penanaman modal sebesar 25% untuk dapat melakukan “reshoring” terhadap produksi semikonduktor.

Di sisi lain, di rangka mengatasi supply deadlock ini, dunia membutuhkan diversifikasi supply chain untuk mengatasi risiko geopolitik juga geoekonomi. Hanya sekedar “reshiftingsupply chain kembali ke negara produsen awal tidak ada akan cukup untuk menyelesaikan “Chip War.”

Asia Tenggara dapat menjadi kunci untuk mengatasi “deadlock” semikonduktor global dengan memanfaatkan sikap geopolitiknya yang mana netral serta lingkungan yang tersebut cost competitive. Dari sisi biaya, misalnya, biaya manufaktur Indonesia, Thailand, juga Malaya dapat ditekan 10%-15% lebih besar diskon daripada China.

Oleh sebab itu, sebagian besar negara dalam Asia Tenggara miliki “right to win” beberapa bagian dari value chain semikonduktor. Bagian yang tersebut paling labor intensive, yaitu assembly, packaging, and testing atau “APT” dapat menjadi langkah awal Asia Tenggara untuk mulai menguasai footprint semikonduktor.

Indonesia lalu Thailand merupakan contoh negara yang tersebut tepat untuk menguasai rantai nilai “APT” melalui lokasi strategisnya, tenaga kerjanya yang digunakan cost competitive, kemudian berbagai insentif fiskal. Indonesia dapat memanfaatkan 19 Kawasan Sektor Bisnis Khusus (seperti di tempat tempat Batam) yang dimaksud memberikan kegunaan pajak serta bea cukai.

Thailand juga telah menawarkan insentif menarik termasuk pembebasan pajak selama 10 tahun untuk manufaktur berteknologi tinggi lalu tax holiday selama 8 tahun untuk advanced integrated circuit industries. Kedua negara ini juga merupakan global demand center semikonduktor lantaran kedua negara ini berencana untuk menguasai bidang manufaktur kendaraan listrik, perangkat elektronik, dan juga advanced manufacturing lainnya.

Negara-negara dengan manufaktur yang tambahan maju seperti Singapura dan juga Malaya bahkan dapat mengalami perkembangan lebih besar pada pada rantai nilai semikonduktor, berekspansi dari footprint APT mereka yang digunakan sudah ada kuat.

Dengan memanfaatkan kemampuan R&D kemudian sumber daya manusianya yang digunakan maju, Singapura telah menjadi bagian penting dari supply chain semikonduktor global. Dengan 11% ekspor semikonduktor global pada tahun 2019, Singapura dipercaya untuk menjadi regional hub semikonduktor di area Asia Tenggara.

Saat ini, Singapura sedang merancang beberapa pabrik mikrochip, termasuk yang dimiliki oleh afiliasi TSMC serta produsen chip terbesar ketiga dalam dunia, United Microelectronics Corporation, melalui lingkungan perusahaan plugandplay yang mana kondusif yang tersebut didorong oleh berbagai insentif pemerintah.

Malaysia telah memiliki 13% market share APT dunia sebagai salah satu “Silicon Valley” Asia. Footprint APT Malaya telah terjadi didirikan sejak 30 tahun yang mana lalu, ditambah dengan berbagai sarana packaging stateoftheart yang tersebut sedang direncanakan, seperti pabrik packaging 3D mikrochip Intel model terbaru.

Penang dan juga Kedah juga baru-baru ini menerima penanaman modal dari beberapa pemimpin semikonduktor dunia. Dengan lebih tinggi dari 600 ribu tenaga kerja ahli pada bidang elektronik, lebih banyak dari 500 business park yang dimaksud dikelilingi oleh infrastruktur dan juga teknologi modern, lalu pemerintah dengan pemeliharaan intellectual property yang mana kuat, Tanah Melayu mempunyai ekosistem penanaman modal yang mana siap untuk menarik pembangunan ekonomi asing lebih lanjut berbagai juga lebih besar di lagi terkait value chain semikonduktor.

Faktor kunci keberhasilan bagi Asia Tenggara adalah apakah negara-negara yang dimaksud dapat dengan cepat menerapkan kebijakan untuk mempercepat foreign direct investment (FDI) pada semikonduktor. Beberapa langkah utama bagi Asia Tenggara:

a. Menarik FDI untuk merancang infrastruktur manufaktur ‘APT’ melalui insentif pajak serta kawasan dunia usaha khusus bagi negara-negara yang dimaksud baru mau masuk ke sektor semikonduktor, seperti Indonesia dan juga Thailand.

b. Melakukan negosiasi trade collaboration hasil semikonduktor dengan lingkungan ekonomi ekspor utama-baik ASEAN sebagai kelompok maupun secara individu-untuk mempermudah ekspor-impor barang semikonduktor lalu menurunkan trade barrier.

c. Menarik perusahaan top semikonduktor global melalui model “regional pairing“-kerja sejenis antarnegara Asia Tenggara; Berbagi tugas di value chain semikonduktor di dalam di Asia Tenggara untuk memanfaatkan competitive edge masing-masing negara. Misalnya mengintegrasikan rantai nilai Indonesia yang digunakan cost competitiveness untuk APT dan juga technological prowess Singapura untuk chip design juga fabrication.

d. Mengembangkan keterampilan tenaga kerja khusus semikonduktor melalui “transfer of knowledge” dengan negara maju. Hal ini dapat dilaksanakan melalui pendanaan kegiatan upskilling (misalnya, kegiatan pertukaran pelatihan pekerja terampil secara global), visa khusus pekerja ahli lalu diaspora, dan juga kerja sebanding intensif dan juga terfokus di dalam bidang semikonduktor dengan universitas STEM asing.

Dengan “levellingup” bersama-sama melalui kerja sebanding regional, setiap negara pada Asia Tenggara dapat memanfaatkan competitiveness merek masing-masing di rantai nilai semikonduktor.

Bayangkan: sebuah kondisi ekosistem semikonduktor Asia Tenggara yang mana efisien juga dinamis melalui teknologi canggih kemudian tenaga kerja advanced, pemeliharaan Intellectual Property yang dimaksud kuat, juga sistem ekologi manufaktur canggih Singapura yang dimaksud diintegrasikan dengan lingkungan proses APT dengan unit cost yang digunakan rendah kemudian proses labourintensive yang mana efisien seperti di tempat Indonesia atau Thailand.

Rantai nilai ASEAN yang dimaksud terintegrasi, netralitas geopolitik Asia Tenggara, serta proses yang mana cost efficient menawarkan Asia Tenggara sebagai destinasi FDI yang dimaksud kuat untuk sebagai diversifikasi untuk supply chain semikonduktor global.

Ini adalah “winwin for all“: bagi the rest of the world, ini mampu berarti bahwa akhirnya kita dapat memenuhi meningkatnya mikrochip demand pada samping meredakan ketegangan geopolitik; bagi AS, China, juga Taiwan, strategi ini dapat mendiversifikasi risiko suplai mikrochip; lalu bagi negara-negara Asia Tenggara, ini bisa jadi menjadi potensi perkembangan dunia usaha yang digunakan ditunggu-tunggu. Saatnya Asia Tenggara menjadi pemain semikonduktor utama dunia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *