[ad_1]
Dukungan itu disampaikan Teten saat mengunjungi pasar tanaman hias yang berlokasi di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor tersebut.
“Tanaman hias memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Pasalnya, global market value (potensi pasar) tanaman hias mencapai nilai Rp3.000 triliun, lebih tinggi dibandingkan kopi dan teh. Namun, Indonesia baru memenuhi ceruk pasar dunia sebesar 0,01 persen,” kata Menkop dalam rilis yang diterima ANTARA pada Rabu.
Ia mengapresiasi Minaqu Indonesia sebagai pengelola pasar tanaman hias terbesar di Asia Tenggara itu karena telah mengangkat potensi ekonomi di Jawa Barat.
“Kalau sudah ada koperasi, para petani dapat fokus untuk berproduksi di lahan yang juga dikonsolidasikan menjadi skala ekonomi,” kata Teten.
Menurut Teten, koperasi yang berperan sebagai penampung atau aggregator juga dapat menjadi penjamin komoditas hasil hutan kelompok tani hutan atau offtaker pertama.
Koperasi kemudian juga bisa melakukan pengolahan hasil panen yang berhadapan dengan pembeli sehingga harga tidak dipermainkan pihak ketiga.
“Koperasi sebagai badan usaha yang berbadan hukum juga dapat melakukan kerja sama dengan berbagai pihak. Mulai dari akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk teknologi tepat guna, sampai pada hilirisasi produk baik secara offline dan online,” jelas Teten.
Menurut Menkop, pasar tanaman hias tersebut telah menciptakan sebuah ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Anton Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2021