[ad_1]
“Semua orang bilang bahwa dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk, maka yang pasti akan mati adalah industri otomotif. Dengan bangga saya katakan bahwa industri otomotif bisa bertahan,” ujar Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi di Jakarta, Kamis.
Yohannes Nangoi mengapresiasi dukungan pemerintah yang menghadirkan sejumlah kebijakan tepat sasaran untuk menyelematkan industri otomotif, termasuk dengan tidak melarang operasional pabrik selama pandemi.
“Luar biasa support dari pemerintah karena selama masa pandemi pabrik mobil tidak ditutup, tetapi kita jalankan secara bersenggang, sementara di beberapa negara lain diliburkan dua minggu, tiga minggu, itu yang membuat dampak negatif. Tapi di Indonesia luar biasa, pabrik kita tetap jalan meskipun kapasitas kita tekan,” kata dia.
Namun, dia tidak memungkiri dampak penekanan kapasitas produksi tersebut telah menimbulkan inden untuk sejumlah kendaraan. Nangoi pun meminta maaf kepada publik terkait lamanya antrian produksi kendaraan yang terjadi saat ini.
“Oleh sebab itu mungkin bapak ibu sekalian masih merasa ada yang lagi beli mobil tapi belum bisa dapat karena masih harus ngantri, mohon maaf segera akan kita bereskan,” ucap Nangoi.
Selain itu, tambah dia, program insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DPT) juga telah berhasil menggeliatkan kembali industri otomotif.
Nangoi mengatakan, pada tahun lalu sebelum adanya insentif dari pemerintah, jumlah penjualan kendaraan pernah terpuruk dengan hanya membukukan penjualan sebanyak 5.000 unit.
Namun, setelah adanya kebijakan tersebut, roda industri perlahan mulai bergerak laju, dengan angka penjualan berada di sekitar 85.000 unit pada Agustus dan September tahun ini.
“Hal tersebut adalah luar biasa sekali, dan itu menjadi sorotan karena Thailand terpuruk, Vietnam terpuruk, Malaysia juga terpuruk, kita yang justru bangkit duluan,” ujar dia.
Nangoi menyebut industri otomotif merupakan industri lokomotif yang menarik cukup banyak gerbong, mulai dari komponen suku cadang hingga pembiayaan, sehingga keberadaannya menjadi sangat penting.
Ia juga menyebut meski pandemi melanda, namun tidak ada industri otomotif Indonesia yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal, kecuali para pekerja kontrak yang telah habis masa kerja dan tidak diperpanjang. “Tapi secara overall tidak ada PHK massal ataupun PHK di industri otomotif,” kata dia.
Baca juga: GIIAS 2021 akan dibuka langsung Presiden Jokowi
Baca juga: GIIAS 2021 diharapkan jadi penanda bangkitnya ekonomi Indonesia
Baca juga: Gaikindo: Perlu transisi teknologi menuju penggunaan kendaraan listrik
Pewarta: F017
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021