BeritaMakassar.com – Pengamat politik Rocky Gerung melontarkan sindiran satire soal ramai perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Ia menilai pihak yang salah bukanlah Presiden Jokowi, melainkan presenter Najwa Shihab yang saat itu menjadi wartawan yang mewawancarai RI 1 tersebut.
Rocky mengatakan seharusnya Najwa menggunakan APD, namun yang dimaksud olehnya bukanlah Alat Pelindung Diri sebagaimana perlengkapan yang saat ini digunakan oleh para tenaga medis untuk berjuang melawan pandemi Virus Corona (Covid-19).
Dikutip dari YouTube Rocky Gerung Official, Sabtu (25/4/2020), yang dimaksud olehnya adalah Alat Pelindung D***u.
“Saya kira yang salah bukan Pak Jokowi, yang salah itu Najwa,” kata Rocky.
“Karena mustinya kalau dia ke Istana, pakai APD, Alat Pelindung D**gu.”
“Dia enggak pakai Najwa,” lanjutnya.
Menurutnya perdebatan istilah antara mudik, dan pulang kampung muncul karena publik sudah tak mampu lagi untuk marah, sehingga melampiaskannya menjadi olok-olok.
“Tapi itu memperlihatkan suatu gejala, dalam arti semua jadi meme yang mengolok-olok,” ujar Rocky.
“Orang sudah sampai di batas ngapain marah, ketawain aja.”
Rocky bahkan berpkiran presiden juga bermaksud bercanda karena sudah pusing.
“Mungkin juga presiden menganggap bahwa yasudah saya cuman mau bercanda saja karena enggak mungkin lagi saya berpikir lebih dari itu,” kata dia.
“Presiden pusing karena enggak tahu lagi apa yang mau dia ucapkan, rakyat juga bukan sekadar abai, tapi yasudah presiden enggak bisa ngucapin apa-apa,” lanjutnya.
“Karena itu kami rakyat ketawa saja sambil ngeledek,” ucap Rocky.
Rocky lalu membandingkan situasi Indonesia saat ini dengan di Amerika Serikat.
Ia menjelaskan saat ini di sana masyarakatnya memprotes kebijakan yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, bukan sosok Trump.
Sedangkan di Indonesia menurut Rocky masyarakatnya mengolok-olok pemegang kekuasaan itu sendiri.
“Di kita kemarin, berkali-kali kesadaran tentang hak itu akhirnya berubah, perlahan-lahan menjadi olok-olok terhadap kekuasaan,” kata Rocky.
Rocky mengatakan bagaimana saat ini pemerintah tidak mampu menjawab kritikan publik.
“Di kita kejelasan dituntut presiden malah bikin confusion signal, sinyalnya itu membingungkan antara pulang atau mudik,” jelasnya.
Terakhir Rocky kembali melontarkan sindiran satirenya atas perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung.
“Tapi sudahlah saya enggak salahin presiden, saya tetap salahin Najwa karena dia enggak memakai Alat Pelindung D***u,” tandasnya.
Seperti yang diketahui perdebatan istilah mudik, dan pulang kampung muncul saat Najwa Shihab mewawancarai Presiden Jokowi di Istana, Selasa (21/4/2020).
Dikutip dari wawancara eksklusif tersebut, berikut ini adalah penjelasan Jokowi mengenai perbedaan istilah mudik, dan pulang kampung.
“Kalau mudik di hari lebarannya, beda untuk merayakan idul fitri,” ucap Jokowi.
“Hanya perbedaan masalah waktu Bapak?,” potong Najwa Shihab.
“Kalau yang namanya pulang kampung itu ya bekerja di Jakarta, tetapi anak istrinya ada di kampung,” lanjut Jokowi.
Simak selengkapnya dalam video di bawah ini mulai menit ke-1.00:
Psikiater Ibaratkan Mudik Layaknya Kecanduan
Psikiater dr. Danardi Sosrosumihardjo Sp. KJ(K) menjelaskan soal perilaku masyarakat yang nekat mudik di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).
Menurutnya perilaku tersebut timbul dari kebiasaan yang kemudian menjadi layaknya kecanduan.
Ia mengatakan apabila masyarakat tidak melakukan hal tersebut akan ada kecemasan, dan sesuatu yang kurang.
Dikutip dari YouTube Talk Show tvOne, Jumat (24/4/2020), awalnya presenter acara APA KABAR INDONESIA MALAM menanyakan apakah kebiasaan seperti mudik bisa ditahan.
Danardi menjelaskan bahwa manusia memang mahkluk yang ingin berkumpul.
Kemudian kebiasaan berkumpul juga terbentuk karena budaya yang telah berada sejak lama, dan terakhir adalah dorongan dari sisi agama yang membiasakan manusia melakukan kegiatan bersama-sama.
“Jadi betul bahwa manusia itu kan mahkluk sosial, harus berkumpul,” kata Danardi.
“Dan manusia itu mahkluk budaya dimana sudah bertahun-tahun mempunyai suatu pola untuk berkumpul, juga mungkin secara religi bahwa mempunyai kebiasaan salat Tarawih misalnya, buka puasa bersama, termasuk juga nanti pulang kampung ketika lebaran.”
Danardi menjelaskan untuk mengubah kebiasaan yang telah terbentuk sejak lama bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
“Itu budaya yang sudah terpatri bertahun-tahun itu tentu tidaklah mudah untuk bisa diubah,” ujarnya.
Cara untuk mengatasi masalah tersebut menurut Danardi harus terus dilakukan oleh pemerintah, pemimpin, dan ulama yang terus-terusan memberikan pengertian terkait pandemi Covid-19.
Danardi juga berharap masyarakat yang lain bisa ikut memberikan pengertian kepada orang yang tidak mengerti bahaya dari pandemi Covid-19.
“Berharapnya bahwa teman-teman atau saudara-saudara kita yang paham tentang hal ini bisa memberikan contoh, memberikan teladan bahwa ayo kebiasaan ini untuk kali ini, untuk tahun ini dimana memang saat ini ada suatu pandemi yang bisa membahayakan siapapun, itu pelan-pelan dilakukan suatu perubahan,” paparnya.
Motivasi Nekat Mudik?
Selanjutnya presenter APA KABAR INDONESIA MALAM kembali menanyakan apa dorongan orang-orang yang nekat mudik, mengapa mereka bersikeras melakukan hal tersebut.
Danardi menjelaskan kebiasaan yang dimiliki oleh masyarakat dapat disamakan dengan sebuah kecanduan atau adiksi.
“Bahwa kalau saya sudah mempunyai suatu kebiasaan, seperti orang adiksi,” kata dia.
Ia menjelaskan apabila rasa kecanduan tersebut tidak terpenuhi, manusia yang bersangkutan akan merasa cemas.
“Kalau tidak dilakukan ada suatu kecemasan, ada sesuatu yang kurang,” ujar Danardi.
“Kok ini enggak saya lakukan ya, dan rasa tidak nyaman,” imbuhnya.
Danardi menyimpulkan rasa kecanduan tersebut adalah faktor yang mendorong masyarakat nekat mudik meskipun sedang pandemi Covid-19.
“Itu yang menjadi (alasan) saya masih ingin tarawih, ingin silaturahmi, ingin mudik,” tandasnya.
Lihat videonya mulai menit ke-awal:
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ulas Istilah Mudik dan Pulang Kampung Jokowi, Rocky Gerung: Yang Salah Itu Najwa