BeritaMakassar.com – Polrestabes Surabaya menemukan fakta terbaru di kasus bisnis esek-esek yang melibatkan 600 cewek muda.
Rupanya bisnis ini memiliki pelanggan pengusaha dan pejabat.
Di kasus bisnis esek-esek ini, polisi telah menangkap tiga muncikari yakni Lisa Semampow, Kusmanto dan Dewi Kumala.
Bisnis ini terbongkar awalnya ketika polisi menggrebek kamar hotel di Surabaya Selatan, pada 24 Februari 2020.
Saat itu polisi menciduk dua cewek yang melayani pria hidung belang.
Kemudian, polisi menangkap Kusmanto dan Dewi Kumala yang diduga menjadi muncikari bisnis esek-esek ini.
Berdasarkan pemeriksaan, polisi lalu menemukan nama dan foto 600 cewek muda yang terlibat dalam bisnis haram ini.
“Pola perekrutannya adalah dari mulut ke mulut, dan ada yang menawarkan diri karena butuh uang,” kata AKP Iwan Hari Purwanto, Kanitjatanras Satreskrim Polrestabes Surabaya dilansir dari SuryaMalang.
Cewek-cewek dari latar belakang beragam, mulai SPG event, mahasiswi, model, dan pekerja kantor.
“Para korban terlibat bukan hanya karena kebutuhan. Tapi, latar belakang hidupnya memang borjuis, dan mewah. Jadi kebanyakan mereka yang menawarkan diri ke muncikari ini,” tegas Iwan.
Iwan memaparkan, Lisa Semampow memiliki grup khusus bagi para member yang sudah lebih dari sekali memesan jasa.
Setelah komunikasi via grup Facebook, Lisa dan pelanggan itu beralih ke pesan WhatsApp.
“Lalu tersangka memberi foto cewek dan tarifnya untuk sekali kencan,” ujar Iwan.
Setelah sepakat, Lisa Semampow mengatur lokasi hotel untuk melayani pelanggannya.
“Lalu anak buah dihubungi dan diminta datang ke hotel yang sudah disediakan tersangka. Korban dan pelanggan akan bertemu di hotel,” aku Iwan.
Setelah dua kali transaksi, Lisa Semampow memasukkan pelanggan itu ke grub WhatsApp.
Menurutnya, Lisa Semampow memilah pelanggan menjadi tiga klasifikasi untuk mendapat layanan, mulai layanan biasa sampai layanan premium.
“Harga layanan biasa di bawah RP 5 juta. Layanan sedang antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Kalau layanan premium, harganya di atas RP 10 juta,” lanjut Iwan.
Iwan menilai, para pelanggan Lisa dan dua muncikari tersebut beragam.
Bahkan ada pebisnis atau pengusaha dan pejabat yang menjadi pelanggan bisnis ini.
“Untuk layanan premium, mayoritas memang pebisnis. Layanan ini memang untuk menengah ke atas. Jadi, pelanggannya juga bukan orang biasa,” tandas Iwan.
Selektif Cari PSK
Mami Lisa punya standar tinggi untuk merekrut para wanita yang bisa bergabung sebagai anak asuhnya itu.
Mereka yang menjadi PSK dari berbagai macam profesi, seperti karyawan kantor, SPG freelance dan mahasiswi.
Penyidik mendapat daftar 600 wanita sebagai PSK berdasarkan nama dan foto mereka di ponsel Mami Lisa dan dua muncikari lainnya.
“Dari 600 foto anak buah tersangka, menonjolkan pose tertentu. Ya tujuannya agar konsumen tergiur,” Iwan menerangkan.
Mami Lisa menjual para PSK ke pria hidung belang hanya yang sudah bergabung dalam WhatsApp grup.
Syarat utama pelanggan untuk bergabung, sedikitnya sudah mengajak dua kali keluar anak buah Mami Lisa.
Dalam kasus ini, Mami Lisa lah yang mengendalikan WhatsApp grup.
Ia berkomunikasi dengan dua muncikari lain untuk menyiapkan cewek, menentukan siapa konsumen dan lokasi.
Paket Rp 25 juta
Sebagai catatan, Mami Lisa punya stok PSK jaminan mutu.
Wajah cantik, body menarik dan tinggi semampai, dan layanan menjadi syarat utama bagi PSK yang bergabung.
Mami Lisa dan dua muncikari lainnya mematok tarif para PSK dari Rp 2,5 juta hingga Rp 25 juta sekali main.
Semuanya tergantung wajah, usia dan layanan.
“Anak buah mereka sudah tersebar di mana-mana,” ucap Iwan.
Ada PSK dari Semarang, Surabaya, Bandung atau Jakarta.
Siapa yang butuh layanan tinggak kontak dan sebut spesifikasi yang dimau.
Tersangka juga bisa menyediakan paket dua atau tiga perempuan untuk melayani satu laki-laki dalam sekali permainan.
Tarif yang ditentukan tentu beda dengan layanan biasa.
“Kalau layanan dua sampai tiga cewek Rp 10 juta sampai Rp 25 juta,” tambah Iwan.
Soal tarif ditentukan dari wajah, bentuk tubuh dan layanan.
“Itu yang membedakan tarif yang diberikan oleh para tersangka kepada pelanggannya,” tambah Iwan.
Mami Lisa dan dua muncikari lain memotong sebesar 10 hingga 20 persen dari hasil yang didapat para PSK, tergantung kesepakatan.
Gara-gara dicerai suami
Punya anak asuh sebanyak 600 orang bukan usaha Mami Lisa seorang.
Ia mengaku punya anak asuh sebanyak itu berkat kenalannya.
“Kenalnya dari teman yang ada di luar kota. Aku yang tawari mereka yang sudah memiliki anak buah,” ungkap Lisa.
Mami Lisa menjadi muncikari karena bingung setelah cerai dari suaminya, sementara pemasukan tak menentu.
“Awalnya saya bingung mau cari uang darimana setelah cerai sama suami,” aku Mami Lisa.
Sehari-hari, Mami Lisa punya toko di kawasan Pasar Atom Surabaya.
Di sinilah awal ia menjajaki sebagai muncikari.
“Sana saya mulai coba-coba menggeluti dunia mucikari via online,” beber dia.
Awalnya, berbekal cari PSK sendiri sampai memanfaatkan jaringan PSK temannya di berbagai kota besar, Mami Lisa memasarkan mereka dari mulut ke mulut.
“Akhirnya punya teman di Semarang, Bandung dan Jakarta mau join. Ya sudah saya giliran cari pelanggan atau cari perempuan,” aku Mami Lisa.
• Cinta Kilat Pemain Persija Jakarta Bersama Model Cantik, Kenal 3 Hari Langsung ke Pelaminan
Ia bahkan harus memberikan bagian kepada orang yang mendapatkan PSK setelah sudah berhasil melayani tamunya.
Mami Lisa tak pernah menyangka jika bisnis haramnya itu membuahkan banyak peminat.
“Kalau ada pesanan di Surabaya dari Semarang, teman saya telepon saya suruh nyiapin. Begitu juga sebaliknya,” terang dia.
Artikel ini telah tayang di jakarta.tribunnews.com dengan judul TERKUAK Bisnis Esek-esek Langganan Pengusaha-Pejabat, Libatkan 600 Cewek Muda, Tarif Puluhan Juta?