News  

Tak Ada Gravitasi, Begini Cara Astronot Mandi & Buang Air di Luar Angkasa

Gravitasi merupakan gaya tarik-menarik yang begitu penting. Gravitasi bumi begitu kuat menarik makhluk hidup, hingga benda dari luang angkasa.

Gaya gravitasi amat penting bagi makhluk hidup, bahkan hingga soal urusan makan dan buang air. Namun bagaimana dengan para astronot yang ada di luar angkasa tanpa gaya gravitasi?

Bagaimana mereka melakukan rutinitas hariannya seperti mandi bahkan hingga buang air? Berikut ulasannya dirangkum dari berbagai sumber.

Toilet Luar Angkasa Ditemukan

NASA mulai berlomba menempatkan astronot di bulan pada 1960-an. Alan Shepard mengemudikan penerbangan luar angkasa pertama pada 5 Mei 1961.

Sayangnya, kala itu agensi tidak fokus banyak mengenai tempat dan cara buang air.
NASA dengan cepat menyadari bahwa kurangnya perencanaan kamar mandi menghadirkan masalah yang berantakan.

Kantong kencing pertama terlihat seperti kondom dengan tiga ukuran. NASA menyebutnya manset roll-on, hanya diperuntukan bagi pria.

Ketika NASA membangun Skylab, stasiun ruang angkasa pertama tahun 1973, toilet mulai ada.

Buang Air untuk Wanita Pertama

NASA menciptakan “Disposable Absorption Containment Trunk”, yang dirancang untuk menyerap kencing.

Dirancang sekali pakai layaknya mengenakan popok. Pendataan dilakukan mengenai pemakaian untuk persiapan bekal selanjutnya maupun persediaan saat itu.

Penggunaan Toilet Luar Angkasa

Dilansir dari USA Today, Al Jazeera mengunggah wawancara dengan astronot Italia Samantha Cristoforetti, yang menawarkan tur toilet ISS.

Toilet mulai ada di stasiun luar angkasa dengan alat dan ruang yang dirancang berbeda, antara buang air dan mandi.

Cara Kerja Di Kamar Mandi

Sebuah pipa dengan corong berwarna kuning memiliki daya serap. Urin akan ditarik dan disimpan dalam alat, kemudian diubah jadi air minum.

“Urin sebenarnya langsung ditransfer ke peralatan lain, yang merupakan langkah pertama untuk mengubah air seni menjadi air minum,” ujar Samantha.

Hampir sama saat buang air besar, masukkan dahulu kantong plastik ke dalam kotak kecil berwarna putih. Duduk di closet dengan daya serap yang lebih kuat.

Pemakaian Air Terbatas

Berada di luar angkasa memaksa astronot untuk hemat air karena pemakaiannya sangat terbatas.

Tentunya para astronot harus menghemat bekal selama hidup berbulan-bulan di luar angkasa, serta cukup membilas menggunakan kertas.

Toilet di ISS cukup efisien mengumpulkan urin, sekitar 80 hingga 85 persen didaur ulang dan menjadi air minum astronot.

Ketika Gagal Berfungsi

Melansir dari Business Insider, astronot NASA Peggy Whitson menghabiskan 665 hari di ruang angkasa, rekor terbanyak orang Amerika.

“Kotoran itu disegel di dalam kantong plastik dan diangkut di hari sampah luar angkasa,” kata Whitson.

Jika terlalu penuh, astronot harus mengenakan sarung tangan karet dan mengepaknya. Itulah yang terjadi ketika toilet ISS bekerja.

Saat gagal berfungsi, astronot kadang-kadang harus berurusan dengan kotoran mereka yang mengambang.

Cara Astronot Mandi

Masih dari sumber yang sama, sistem shower Skylab, para astronot menarik tirai mandi dari lantai dan menempelkannya ke langit-langit di tengah ruang.

Komandan misi Skylab tahun 1973, astronot Charles Conrad Jr. tersenyum untuk kamera setelah mandi air panas di markas awak Skylab.

Air mereka mengalir melalui pancuran tombol di selang fleksibel, dan mengalir ke sistem vakum Skylab.

Buang Air dengan Pakaian Astronot

Tahun 2017, NASA meluncurkan ‘Space Poop Challenge’ untuk buang air jika astronot diikat pada pakaian antariksa selama berhari-hari.

Menggunakan port akses kecil di selangkangan pakaian luar angkasa, di mana tas atau tabung dapat dipasang untuk mengumpulkan limbah.

Hasil ide dokter Thatcher Cardon tersebut dibanderol dengan harga 15.000 US dollar atau sekitar Rp235 juta.[kur]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *