BERITAMAKASSAR.com — Brand atau merek yang dipakai oleh seseorang, bisa menjadi penentu status sosialnya. Tak jarang, karena ingin terlihat berkelas, banyak orang justru memilih menggunakan barang KW atau palsu.
Ada sederet alasan, kenapa seseorang memilih barang KW. Mulai dari harga yang lebih murah, bentuk yang sama persis, hingga untuk mengikuti trend.
Saat ini, di tengah menjamurnya akun belanja online, tentu tak terlalu sulit mendapatkan barang KW dari sejumlah brand terkenal. Sejumlah akun media sosial secara terang-terangan menawarkan barang KW dengan kualitas beragam. Orang awam, tentu akan sulit membedakan. Mana yang asli, dan mana yang palsu.
Mungkin tak banyak yang tau, jika menggunakan barang palsu atau KW, sama saja dengan mendukung perbuatan melawan hukum. Ya, tentu saja. Karena memalsukan merek dagang, termasuk perbuatan pidana.
Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Hardiman J Rewa, merupakan salah satu penggemar barang branded. Iapun menyarankan, jika belum mampu membeli barang dari brand luar negeri ternama, sebaiknya menabung dulu. Atau, akan lebih terhormat jika memilih barang secondhand, dibandingkan membeli barang KW.
“Sekarang kan banyak yang jual barang-barang preloved merek-merek luar negeri ternama,” ujarnya.
Menurutnya, memiliki barang dengan merek terkenal, tidak hanya sekedar untuk menunjukkan status sosial semata. Tetapi, karena ia memegang prinsip, kalah membeli, menang memakai. Dalam artian, tak mengapa membeli dengan harga mahal, tetapi sebanding dengan kualitas.
Untuk pakaian, Hardiman mengaku sebagai penggemar merek ZARA, Tommy Hilfiger, dan Boss. Sedangkan untuk sepatu, ia mengoleksi merek Andrew, Playboy, Jerman, Adidas dan Nike.
“Saya punya blazer merk Boss seharga Rp 9 juta. Kalau sepatu paling mahal 16 juta,” tutur Hardiman.
Begitupun dengan aksesoris seperti kacamata dan jam tangan. Ia tak ragu merogoh kocek untuk membeli jam tangan Agner seharga Rp 16 juta. Iapun memiliki kacamata merek Porch, limited edition.
“Kalau saya, lebih kepada kualitas dan kenyamanan saja. Bukan menggunakan merek atau brand ternama untuk pamer,” imbuhnya.
Ia menambahkan, dibandingkan membeli barang palsu, ada sejumlah barang handmade atau local brand, yang kualitasnya juga tidak kalah bagus.
“Kualitas buatan Indonesia juga tidak kalah bagus. Intinya, stop beli barang palsu,” imbaunya. (*)
Penulis : Dewi Yuliani
Editor : Wardi